Hai omnilegent.
Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan umat islam merayakan Hari Raya Idhul Fitri. Pada hari raya atau lebaran umumnya masyarakat melakukan tradisi nyekar atau ziarah kubur ke makam keluarga. Di Cirebon sendiri memiliki tradisi mengunjungi makam leluhur di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Cirebon atau biasa di kenal dengan Grebeg Syawal.
Dikutip dari buku “ Kembang Rampe Kebudayaan Cerbon “ Grebeg Syawal rutin dilakukan setiap tahun pada tanggl 8 Syawal dan telah berlangsung selama ratusan tahun yang lalu. Acara dimulai ketika keluarga Kasultanan Kanoman Cirebon berkumpul di Pendopo Jinem atau Bangsal Jinem Keraton Kanoman kemudian berangkat menuju Astana Gunung Sembung. Sesampainya disana Sultan Anom beserta rombongan keluarga memasuki pintu ke 1 dan 2, Ketika pintu ke 3 Lawang Gede Pasujudan telah terbuka para kemit/kraman membuka jalan dengan cara membuat formasi duduk bersila sepanjang kanan dan kiri jalan yang akan dilewati Sultan Anom dari pintu 2 memasuki dan menaiki pintu-pintu selanjutnya yang disebut Lawang Pitu Giri Nur Saptarengga. Ketujuh Pintu itu antara lain : Lawang Gede Pasujudan, Lawang Ratna Komala, Lawang Jinem, Lawang Rararoga, Lawang Kaca, Lawang Bacam dan Lawang Teratai. Sultan Anom berkenan memasuki Gedung Jinem Kanjeng Gusti Sunan Sarip di puncak Astana Gunung Sembung atau Giri Nur Saptarengga tempat Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati di makamkan. Di depan makam, Sultan membaca tahlil, dzikir dan mengirimkan doa kepada Sunan Gunung Jati dan makam para leluhur lainya yang selama ini dikenal sebagai tokoh-tokoh Cirebon. Kemudian mereka berbagi rejeki dengan tradisi surak atau menabur koin kepada warga yang datang. Setelah itu Sultan Anom dan rombongan menuju Lawang Gede Pasujudan untuk melakukan tahlil, dzikir serta berdoa pamitan undur diri untuk kembali pulang menuju Keraton Kanoman Cirebon.
Penulis: Auliya Hanifah, S.IP.